Senin, 15 Oktober 2012

Bahan Tambahan Makanan

Food Additive (Bahan Tambahan Makanan)

Food Additive adalah senyawa (atau campuran berbagai senyawa) yang sengaja
ditambahkan ke dalam makanan dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan atau
penyimpanan, dan bukan merupakan bahan (Ingredient) utama. Food Additive secara umum
bertujuan untuk
(1) meningkatkan nilai gizi makanan,
(2) memperbaiki nilai sensori makanan
(3) memperpanjang umur simpan (Shelf life) makanan.
Peraturan pemakaian bahan kimia sebagai food additive telah disusun dalam food chemical codex yang dikeluarkan akademy of sciencess national research council dan telah
disetujui oleh food and drug administration (FDA). FA0 dm WHO dalam kongresnya di Roma
pada tahun 1965 menetapkan defenisi additive sebagai berikut: Food additive adalah bahan bahan yang ditambahkan secara sengaja kedalam makanan dalam jumlah yang sedikit yaitu,untuk memperbaiki nilai gizi, testnr dan wama misalnya, vitaman dan mineral dapat digunakan sebagai food additive, jika vitamin dan mineral sebelumnya sudah ada didalam makanan hanya jumlahnya perlu ditambah.
Food additive yang digunakan hams mempunyai sifat sebagai berikut: dapat mempertahankan nilai gizi makanan tersebut, tidak mengurangi zat-zat esensial didalam makanan tersebut, dapat mempertahankan dan mempaerbaiki mutu makanan dan menarik bagi konsumen, tetapi tidak merupakan penipuan. Sedangkan food additive yang tidak boleh digunakan diantaranya adalah yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : dapat merupakan
penipuan bagi konsumen, menyembunyikan kesalahan dalam teknik penanganan atau pengolahan, dapat menurunkan nilai gizi makanan atau jika tujuan dari penambahan food additive dalam makanan masih dapat digantikan oleh perlakuan yang lebih praktis dan ekonomis Macam-macam food additive dibagi menjadi 12 macam olehfood protektion commife berdasarkan tujuan atau kegunaannya, yaitu : bahan pengawet berguna untuk mempertahankan makanan terhadap seranggd kontaminasi bakteri, ragi atau kapang. Antioksidan berguna untu mencegah oksidasi lemak. Sequestraht berguna untuk mengikat logam. Emulsifier berguna untuk pengontrol. Bleaching berguna sebagai pemutih. Btfffer beregma sebagai pengstabil pH makanan dengan pH yang diingini. Zat pewama berguna untuk memberikan wama pada makanan dan minuman. Swetener berguna sebagai pemanis buatan. Nutrient szcpplemenf berguna sebagai bahan tambahan untuk menambah nilai gizi yang telah ada didalam makanan tersebut. Flovaring agenf diperoleh dari alam atau dibuat secara sintetik dan lain-lain.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 235/MenkesPerNi/1979 tanggal 19 Juni 1979 mengelompokkan food additive menurut fungsinya, yaitu:
(1) antioksidan dan antioksidan sinergis
(2) anti kumpal
(3) pengasaman, penetral dan pendapar
(4) enzim
(5) pemanis buatan
(6) pemutih dan pematang
(7) penambah gizi
(8) pengawet
(9) pengemulsi, pemantap dan pengental
(10) pengeras
(1 1) pewarna dan sintetik
(12) penyedap rasa dan aroma,
(13) sekuestren
(14) bahan tambahan lain.

Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.
Prinsip
Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
Visualisasi
Proses berikutnya dari kromatografi lapis tipis adalah tahap visualisasi.Tahapan ini sangat penting karena diperlukan suatu keterampilan dalam memilih metode yang tepat karena harus disesuaikan dengan jenis sampel yang sedang di uji.  Salah satu yang dipakai adalah penyemprotan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin (2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione) adalah suatu larutan yang akan digunakan untuk mendeteksi adanya gugus amina. Apabila pada sampel terdapat gugus amina maka ninhidrin akan bereaksi menjadi berwarna ungu. Biasanya padatan ninhidirn ini dilarutkan dalam larutan butanol.
Nilai Rf
Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif.Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi. Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus berikut :

Rf = Jarak yang ditempuh substansi/Jarak yang ditempuh oleh pelarut

Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis. Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.



Daftar pustaka :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kromatografi_lapis_tipis
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/71033845.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar