Food Additive (Bahan Tambahan Makanan)
Food Additive adalah senyawa
(atau campuran berbagai senyawa) yang sengaja
ditambahkan ke
dalam makanan dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan atau
penyimpanan, dan bukan merupakan bahan
(Ingredient) utama. Food Additive secara umum
bertujuan untuk
(1) meningkatkan
nilai gizi makanan,
(2) memperbaiki
nilai sensori makanan
(3)
memperpanjang umur simpan
(Shelf life) makanan.
Peraturan
pemakaian bahan kimia sebagai food additive telah disusun
dalam food chemical
codex yang dikeluarkan akademy of sciencess national research council dan
telah
disetujui oleh food and drug
administration (FDA). FA0 dm WHO dalam kongresnya di Roma
pada tahun 1965 menetapkan defenisi additive sebagai
berikut: Food
additive adalah bahan bahan yang ditambahkan secara
sengaja kedalam makanan dalam jumlah yang sedikit yaitu,untuk memperbaiki nilai gizi, testnr dan wama misalnya,
vitaman dan mineral dapat
digunakan sebagai food additive, jika vitamin dan mineral
sebelumnya sudah ada didalam makanan hanya jumlahnya perlu ditambah.
Food additive yang digunakan
hams mempunyai sifat sebagai berikut: dapat mempertahankan nilai gizi makanan
tersebut, tidak mengurangi zat-zat esensial didalam makanan tersebut, dapat
mempertahankan dan mempaerbaiki mutu makanan dan menarik bagi konsumen, tetapi
tidak merupakan penipuan. Sedangkan food additive yang tidak boleh
digunakan diantaranya adalah yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : dapat
merupakan
penipuan bagi
konsumen, menyembunyikan kesalahan dalam teknik penanganan atau pengolahan,
dapat menurunkan nilai gizi makanan atau jika tujuan dari penambahan food additive dalam
makanan masih dapat digantikan oleh perlakuan yang lebih praktis dan ekonomis Macam-macam
food additive dibagi menjadi 12 macam olehfood protektion commife berdasarkan
tujuan atau kegunaannya, yaitu : bahan pengawet berguna untuk mempertahankan makanan
terhadap seranggd kontaminasi bakteri, ragi atau kapang. Antioksidan berguna
untu mencegah oksidasi lemak. Sequestraht berguna untuk
mengikat logam. Emulsifier berguna untuk pengontrol. Bleaching berguna
sebagai pemutih. Btfffer beregma sebagai pengstabil pH makanan
dengan pH yang diingini. Zat pewama berguna untuk memberikan wama pada makanan dan minuman. Swetener berguna
sebagai pemanis buatan. Nutrient szcpplemenf berguna sebagai bahan tambahan untuk menambah nilai gizi yang telah
ada didalam makanan tersebut. Flovaring agenf diperoleh dari
alam atau dibuat secara sintetik dan lain-lain.
Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 235/MenkesPerNi/1979 tanggal 19 Juni 1979
mengelompokkan food
additive menurut fungsinya, yaitu:
(1) antioksidan
dan antioksidan sinergis
(2) anti kumpal
(3) pengasaman,
penetral dan pendapar
(4) enzim
(5) pemanis
buatan
(6) pemutih dan pematang
(7) penambah
gizi
(8) pengawet
(9) pengemulsi,
pemantap dan pengental
(10) pengeras
(1 1) pewarna
dan sintetik
(12) penyedap
rasa dan aroma,
(13) sekuestren
(14) bahan
tambahan lain.
Kromatografi
lapis tipis
merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu
sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran.
Prinsip
Prinsip
kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan
pelarut
yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya
disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran
larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat
kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase
gerak tersebut.
Visualisasi
Proses
berikutnya dari kromatografi lapis tipis adalah tahap visualisasi.Tahapan
ini sangat penting karena diperlukan suatu keterampilan
dalam memilih metode
yang tepat karena harus
disesuaikan dengan jenis sampel yang sedang di uji. Salah satu yang dipakai adalah penyemprotan
dengan larutan
ninhidrin. Ninhidrin (2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione)
adalah suatu larutan yang akan digunakan untuk mendeteksi adanya gugus amina. Apabila pada
sampel terdapat gugus amina maka ninhidrin akan bereaksi menjadi berwarna ungu.
Biasanya padatan ninhidirn ini dilarutkan dalam larutan butanol.
Nilai Rf
Jarak
antara jalannya pelarut bersifat relatif.Oleh karena itu,
diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk
memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai
perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar
sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam
sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi. Nilai Rf dapat
dihitung dengan rumus berikut :
Rf = Jarak
yang ditempuh substansi/Jarak yang ditempuh oleh pelarut
Semakin
besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa
tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat
membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama,
nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi
dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis. Nilai Rf
dapat dijadikan bukti dalam
mengidentifikasikan senyawa. Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama
maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama
atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat
dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.
Daftar pustaka :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kromatografi_lapis_tipis
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/71033845.pdf
Daftar pustaka :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kromatografi_lapis_tipis
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/71033845.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar