Senin, 10 September 2012

Gula Reduksi


Apa yang disebut dengan gula reduksi?

Gula reduksi adalah gula yang memiliki gugus aldehid (aldosa) atau keton (ketosa) bebas (Makfoeld dkk, 2002). Aldosa mudah teroksidasi menjadi asam aldonat, sedangkan ketosa hanya dapat bereaksi dalam suasana basa (Fennema, 1996).
Gula reduksi adalah bentuk hasil dari penguraian polisakarida yang berupa glukosa dan fruktosa yang mempunyai gugus reaktif untuk melakukan reaksi. Gugus reaktif tersebut berupa aldehid atau keton bebas. Gula reduksi mempunyai kemampuan mereduksi CU2+ (ion kupri) menjadi CU+ (ion kupro). Ion kupro tersebut mampu mengubah reagen arsenomolibdat menjadi kompleks berwarna biru yang stabil (Poedjiadi, 1994).
Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Sifat mereduksi ini disebabkan adanya gugus hidroksi yang bebas dan reaktif (lehninger,1982).
Secara umum, reaksi tersebut digunakan dalam penentuan gula secara kuantitatif. Penggunaan larutan Fehling merupakan metode pertama dalam penentuan gula secara kuantitatif. Larutan fehling merupakan larutan alkalin yang mengandung tembaga (II) yang mengoksidasi aldosa menjadi aldonat dan dalam prosesnya akan tereduksi menjadi tembaga (I), yaitu Cu2O yang berwarna merah bata dan mengendap. Maltosa dan laktosa adalah contoh gula reduksi.
Reaksi antara gugus karbonil gula pereduksi dengan gugus amino protein disebut reaksi maillard yang menghasilkan warna coklat pada bahan, yang dikehendaki atau malah menjadi pertanda penurunan mutu. Warna coklat pada penggorengan ubi jalar dan singkong, serta pencoklatan pencoklatan yang indah dari berbagai roti adalah warna yang dikehendaki (Winarno, 2002). Dengan kata lain, dalam kimia pangan gula reduksi berkontribusi membentuk warna coklat apabila berikatan dengan asam amino.

Sifat mereduksi
Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi, terutama dalam suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas dalam molekul karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnya ion Cu++ dan ion Ag+ yang terdapat pada pereaksi-pereaksi tertentu (Poedjadi, 2006).
Bilamana monosakarida seperti glukosa dan fruktosa ditambahkan ke dalam larutan luff maupun benedict maka akan timbul endapan warna merah bata. Sedangkan sakarosa tidak dapat menyebabkan perubahan warna. Perbedaan ini disebabkan pada monosakarida terdapat gugus karbonil yang reduktif, sedangkan pada sakarosa tidak.
Gugus reduktif pada sakarosa terdapat pada atom C nomor 1 pada glukosa sedangkan pada fruktosa pada atom C nomor 2. Jika atom-atom tersebut saling mengikat maka daya reduksinya akan hilang, seperti apa yang terjadi pada sakarosa. Larutan yang dipergunakan untuk menguji daya mereduksi suatu disakarida adalah larutan benedict. Unsur atau ion yang penting yang terdapat pada larutan tersebut adalah Cu2+ yang berwarna biru. Gula reduksi akan mengubah atau mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+ (Cu2O) yang mengendap dan berwarna merah bata. Zat pereduksi itu sendiri akan berubah menjadi asam.

Perhitungan Kadar Gula Reduksi (Sebelum Inversi)
a. Volume Na2S2O3 = 
a.      
 


b.     b.  % gula reduksi (sebelum inverse) = 
     
 


Keterangan :
W1 = glukosa ,mg (yang dihasilkan dari daftar Luff Schoorl)
Fp = faktor pengenceran
W = bobot contoh (mg)
Vol. Blanko = 23,60 mL
N Na2S2O3 = 0,1039 N

 Contoh :
Sampel (1) pada perlakuan 1 diketahui berat sampel sebesar 2053,8 mg,volume pentiter 5 mL, maka volume Na2S2O3 Berdasarkan perhitungan kadar gula reduksi pada madu (sebelum inversi), maka :

Volume Na2S2O3 =  




Dengan mempergunakan Tabel Luff Schoorl, maka bobot contoh diketahui yaitu :
W = 50,0 + (0,3254 x 3) = 50,9762 mg
Sehingga diperoleh nilai % gula reduksi (sebelum inversi) yaitu :

 % glukosa =  

 

Berdasarkan contoh perhitungan diatas, maka persentase kadar gula reduksi dapat
ditentukan dengan hasil perhitungan persentase gula reduksi terdapat pada Tabel.

Daftar Pustaka :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar